Mengenal Diri Sendiri

—Mengenal Diri Sendiri
—
Pengertian Mengenal Diri
—Manfaat dan Tujuan Mengenal Diri
—Cara mengenal Diri
—Kepribadian, Watak, dan Temperamen
—Jenis-Jenis Temperamen
—Konsep Diri
—
Tugas
1.Mintalah 3 teman dekat untuk menilai Anda dengan jujur.
2.Rangkum hasil penilaian teman
3.Buat daftar kelemahan dan kekuatan diri
—
Pengertian Mengenal Diri
—Mengenal diri merupakan salah satu ciri khas manusia, sebagai makhluk istimewa, terutama karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Tapi banyak orang yang tidak mengenal dirinya karena menganggapnya tidak penting atau tidak tahu bagaimana caranya. Padahal “manusia sebuah misteri”; manusia bukan sesuatu yang dapat habis atau selesai dibahas, dengan berbagai ilmu. Ini karena manusia terdiri dari dua entitas: jasmani dan ruhani. Entitas jasmani secara menyeluruh dapat diketahui, namun unsur rohani? Dengan kecanggihan iptek, filsafat, psikologi,neurologi tak mampu secara keseluruhan terungkap. Hal ini sudah dijelaskan dalam QS. Al-Isra (17): 85 ketika para sahabat bertanya tentang hakikat ruh. Maka mengenal diri bukan berarti mengenal segalanya tentang diri, karena hal itu bukan perkara mudah, bahkan tidak mungkin.
—Mengenal diri: suatu keberhasilan memahami hal-hal yang penting tentang diri sendiri, yang membantu dalam usaha membangun sikap baik dan positif pada diri sendiri, mau menerima dan mengembangkan diri sendiri
—Utamanya: mengenal kepribadian, watak dan temperamen, bakat dan potensi, serta dapat memetakan diri sendiri perihal kekuatan dan kelemahan.
—
Manfaat dan Tujuan Mengenal Diri
—Diharapkan mampu mengelola diri, menerima diri apa adanya, mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Dengan demikian akan menjadi pribadi yang bermental tangguh-kuat-sehat, memiliki integritas diri, mandiri, kreatif, dan inovatif serta termotivasi dari dalam. Kondisi seperti ini memudahkan seseorang meraih sukses dan berkontribusi positif dalam kehidupan.
—Tujuan dan manfaat mengenal diri harus dikaitkan dengan tugas manusia mengembangkan dirinya dengan akhlak mulia. Ciri khas manusia adalah bereksistensi yang secara terus menerus berada dalam proses menjadi diri sendiri. Manusia adalah sesuatu yang “sudah” dan sekaligus “belum”, yang “faktual” dan yang “potensial”; suatu realitas yang masih harus dibentuk terus menerus melalui proses pembelajaran tanpa henti, tanpa akhir, selama eksistensi manusia itu masih ada.
—Usaha seseorang merealisir banyak kemungkinan (potensial) tentang dirinya harus didasarkan pada kenyataan faktual dirinya. Data faktual ini berfungsi sebagai pengarah; keberhasilannya mewujudkan apa yang potensial, tidak lain karena apa yang dia miliki sebelumnya, juga sebagai pembatas; tidak semua kemungkinan dapat diwujudkan.
—
Cara Mengenal Diri, melalui:
1.Sejarah perkembangan diri (evolusi perkembangan fisik, masa pranatal-4 tahun dengan menanyakan pada orang tua)
2.Penelusuran bakat dan kepribadian (melalui tes; setiap orang, selain merupakan perpaduan dari berbagai tipe, juga memiliki sifat dominan dan khas)
3.Pengalaman sehari-hari; sabar/tidak dalam antrian, kegigihan dalam mengejar cita, ketekunan dalam menjalankan tugas, kesetiaan menepati janji, kepekaan terhadap lingkungan, dll. Tinjau kembali pengalaman-pegalaman tersebut.
4.Kebersamaan dengan orang lain; untuk membandingkan dengan orang lain, apa perbedaan-persamaan, dan di mana kekhususan kita; bagaimana diri kita (sikap, tutur kata, dll)
5.Kaca mata orang lain; penilaian orang lain lebih obyektif
6.Tes psikologi
7.Refleksi pribadi; caranya dengan rekoleksi, tafakkur, tahajud, wirid, puasa dll

*Perpaduan dari berbagai cara mengenal diri, dapat memberi pemahaman yang semakin baik tentang diri. pemahaman yang semakin baik sangat membantu untuk menerima dan mengembangkan diri.

—Kepribadian, Watak, dan Temperamen

Kepribadian (personality) menurut G. Allport adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan*

—Organisasi dinamis: kepribadian itu selalu berkembang dan berubah meskipun ada suatu sistem organisasi yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian kita.
—Psikofisik: organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisahkan) dalam satu kesatuan.
—Menentukan: menunjukkan bahwa kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu
—karakteristik (khas/unik): menunjukkan sifat individualis; tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, jadi tidak ada orang yang berkepribadian sama.
—Menyesuaikan diri terhadap lingkungan: kepribadian menghubungkan individu dengan lingkungan fisiologisnya (yang kadang-kadang menguasainya). Di sini kepribadian berfungsi adaptasi dan menentukan.
—

*Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

—Kepribadian dalam terminologi Islam
—Kepribadian = Shakhsiyyah yang menurut al-Ghazali dan Ibnu Maskawaih hampir mirip dengan term akhlak. Bedanyanya shakhsiyyah dalam psikologi berkaitan dengan tingkah laku yang didevaluasi (tidak dievaluasi), sedangkan akhlak berkaitan dengan tingkah laku yang dievaluasi, namun jika shakhsiyyah islamiyyah harus dipahami sebagai akhlak. Karenanya kepribadian Islam, selain mendiskripsikan tingkah laku seseorang, juga berusaha menilai baik-buruknya.
—Kepribadian: integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan akhlak yang mencerminkan keseluruhan perilaku keseharian kita, baik kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam sekitar. Semua perilaku akan dinilai oleh dirinya sendiri, orang lain, dan juga Allah.
—
Watak
—Sering dipakai secara bertukar antara watak dan kepribadian, namun Allport membedakan keduanya: “character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi menggunakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah watak, tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (tidak menilai), maka itu kepribadian.
—
Temperamen
—Allport: gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
—G. Ewald: konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Temperamen tetap seumur hidup/tak mengalami perkembangan karena bergantung pada konstelasi hormon, sedangkan konstelasi hormon itu tetap selama hidup.
—Bedanya dengan watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan karena watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dsb).
—
Hubungan antara kepribadian, watak, dan temperamen
—Menggambarkan pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan pembawaannya yang khas       kepribadian yang punya keunikan.
—Kepribadian berhadapan dengan lingkungannya yang turut membentukknya sampai taraf kematangan tertentu, kalau kita menilai pribadi seseorang, maka hal ini mengarah pada dirinya yang sudah terbentuk, yang dia sendiri ikut bertanggung jawab. Inilah watak.
—Kata watak dipakai baik dalam arti normatif maupun deskriptif. Normatif = watak, sedang deskriptif = kepribadian.
—
Temperamen: lebih banyak ditentukan oleh struktur fisik-biologis, sifatnya tetap, maka dapat dibuat perbedaan yang jelas antara satu dg lainnya; merupakan bagian dari kepribadian, di mana unsur bawaan lebih dominan. Bicara temperamen, juga berarti bicara kepribadian dengan temperamen tertentu, tapi kalau bicara perkembangan kepribadian, maka bukan mengenai temperamennya, melainkan mengenai pribadi yang sudah mengalami proses pembentukan, jadi lebih dimaksudkan sebagai “watak atau karakter”.
—
Cara Kerja Nafsani Manusia
—Keterangan Bagan
—Nafs Mutmainnah: didominasi oleh daya qalbu (55%) yang dibantu oleh daya akal (30%) dan daya nafsu (15%). Kepribadian ini merupakan supra-kesadaran manusia yang selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang. Sebagai komponen yang ber-natur ilahiyyah, kalbu selalu cenderung pada beribadah, bertaubah, bertawakkal, meninggalkan sifat-sifat tercela dan mencari ridha Allah SWT, sehingga akan kembali kepada Allah dengan tenang (QS. An-Nazi’at [50]: 40-41 dan al-Fajr [89]: 27-28)
—Nafs Lawwamah, didominasi oleh daya akal (40%)+ kalbu (30%) dan nafsu (30%). Bernatur insaniyyah yang mengikuti prinsip kerja rasionalistik dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran. Dalamaktualisasi, seseorang kadang-kadang tumbuh perilaku buruk yang disebabkan oleh tarikan daya nafsu (nafsu ammarah), namun kemudian diingatkan oleh daya kalbu (nafsu mutmainnah), sehingga ia menyesali perbuatannya dan bertaubat. Kepribadian lawwamah berada dalamkebimbangan antara ammarah dan mutmainnah (QS. Al-Qiyamah [75]: 2)
—
Nafs Ammarah, didominasi nafsu (55%)+ akal (30%)+ kalbu (15%). Kepribadian ini mengaktualisasikan tabiat jasadi yang mengejar prinsip-prinsip kenikmatan duniawi. Ia menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia benar-benar merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku tercela (QS. Yusuf [12]: 53). Kepribadian Ammarah adalah kepribadian bawah-sadar manusia. tidak lagi memiliki identitas manusia, sebab sifat-sifat humanitasnya telah hilang, sehingga dapat merusak dirinya sendiri dan orang lain. Dapat ditingkatkan ke kepribadian yang baik, apabila telah diberi rahmat dan hidayah, dan hanya sampai lawwamah, karena prosentase daya nafsulebih dekat dengan prosentase daya akal dan terlalu  jauh jaraknya dengan daya kalbu. Pendakian ke tingkat yang lebih baik ini memerlukan riyadhah (latihan) khusus untuk menekan daya nafsu, seperti berpuasa, shalat, dzikir, wirid, doa, dll.
—
Gambaran Tentang Diri (Konsep Diri)
—Sering kita membandingkan diri dengan orang lain, umumnya melihat orang lain lebih beruntung, dan mulailah berandai-andai “jika aku secantik dia…” keasyikan membanding-bandingkan  membuat kita lupa melihat diri sendiri di + orang yang kita bandingkan tersebut tidak punya kelebihan.
—Setiap manusia mempunyai kelebihan tertentu, tapi yang semua bisa memiliki adalah kejujuran, keberanian, ketekunan, kemurahan dan kerendahan hati, karena hal tersebut tidak lahir dengan sendirinya melainkan muncul dari diri yang ingin mengembangkannya.
—“tidak ada manusia yang sempurna”, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bagaimana kita melihat kelebihan-kekurangan diri sendiri, bagaimana menyikapi, merefleksinya….
—Kekuatan dan Kelemahan (fisik dan psikis)

Buatlah daftar dari aset dan liabilitas, kekuatan dan kelemahan Anda sebanyak mungkin!

Daftar Kekuatan dan Kelemahan Saya

Apakah Anda membuat daftarnya dimulai dengan kelemahan/kekuatan?Jika dengan kelemahan, apa artinya itu bagi rasa percaya diri dan harga diri Anda?

—Tanggapan dan Refleksi atas Kekuatan/Kelemahan Diri
—Tidak ada manusia yang sempurna. Yang penting setelah mengetahui kekuatan/kelemahan, apa sikap yang tepat untuk menghadapinya.
—Pesan Aset: baca, nikmati, dan pikirkan berulang kali. Aset Anda akan membawa Anda ke mana pun Anda mau; memberi energi untuk terus maju. Kekuatan Anda merepresentasikan nilai diri Anda.
—Pesan Liabilitas: Ambil 3 kelemahan yang paling serius, sementara abaikan sisanya. Atasi dengan sikap dasar yang kuat “harus berusaha untuk menjadi semakin baik dalam hidup ini”
—Pengenalan diri yang semakin baik dapat membantu membentuk gambaran/konsep diri. Konsep diri sangat penting untuk menentukan dimana kita memandang dan memperlakukan diri, sehingga kita lebih bisa menjalankan hidup kita secara lebih terarah sekaligus menyenangkan.
—Refleksi: Konsep diri dapat saja berubah karena adanya pemahaman dan pengenalan yang semakin baik terhadap diri. Kuncinya kelemahan telah dikelola dan diatasi, segera. Penundaan dapat berujung pada penyesalan.
—